Badai pasti berlalu
Sudah terlalu banyak luka yang aku berikan. Dari dalam hatiku,jika saja bisa kugantikan luka itu. Maka biar untukku saja. Aku tak pernah terluka karenamu. Sakitpun aku tak pernah merasa. Jika gila, ini karena cintaku yang sudah tak bisa kutolerir lagi kepadamu. Orang lain mungkin akan menitikkan air mata ketika membaca tulisan-tulisan ini yang terbaca pilu dan seolah rapuh oleh waktu. Tapi mungkin ini bukan apa-apa bagimu…jika saja aku bisa menahan pikiran negatifku kali ini saja. Tampaknya pikiran negatif ini memang nyata. Hanya ini yang bisa kuperbuat sejauh ini. Aku tetap tak bisa mengambilkan gugus bintang untukmu, atau sekedar memberi tahukan kepada alam bahwa kau sangat berarti untukku. Sudah terlalu banyak kesalahan yang kuperbuat. Hingga tak sempat aku menunjukkan,mana kebenaran itu,mana kesalahan ini. Aku tak pernah lama menunggumu. Aku selalu ingin bertemu, sedang kau sabar menantiku meski tanpa kepastian. Dalam tiba-tiba aku menghampirimu dan semua ini tetap salahku. Aku hanya menantimu sekali saja…selama hidup ini aku menantimu agar nanti di akhirat sana setidaknya aku bisa berpapasan dan memberi salam padamu,seperti dalam mimpiku yang selalu tampah jauh lebih indah dari kenyataan yang kujalani. Sedang kau menungguku setiap waktu, dan dalam putus asamu kadang kau ingin sendiri melewatkan waktu tanpa aku. Ada aku kau selalu merasa bersalah pada dirimu,pada Allah,pada keadaan,bahkan mungkin pada diriku. Tapi dalam batas semua itu kau selalu memberikan secercah asa agar aku bertahan tanpamu. Sudah terlalu banyak kekecewaan yang ku berikan padamu. Hingga rasamu hambar padaku, aku tetap memberimu kecewa,selalu saja mengecewakan dan hanya berakhir dengan rengekan maaf yang memaksamu memaafkanku. Sudah terlalu banyak sakit yang kau pendam untukku,hingga kubisa melihatnya dari setiap sorot matamu ketika mengisyaratkan padaku sesuatu yang kau tutupi dari mereka. Dari keluargamu. Dari sahabatmu. Bahkan dari orang yang bersedia berjanji setia padamu seumur hidupnya. Dan aku… aku hanya terdiam ketika kau bilang aku harus diam,aku hanya bisa berjanji merelakanmu dengan menghibur diriku bahwa aku merelakanmu karena sangat mencintaimu. Itu hanya yang bisa kulakukan. Mengisi waktuku tanpamu dengan hal bodoh yang akan membuatmu semakin kecewa. Mengisi kekosongan hari dengan kegiatan yang memaksaku sendiri,dan tanpa kusadari semua ini malah memperbesar rasa kesepianku. Kau dan mereka selalu bilang aku akan bisa bertahan. Hanya karena aku berbeda dan terlalu banyak kesalahan serta terlalu merepotkan orang…semua bilang bahwa ini adalah badai dan suatu saat pasti hilang menepi. Maka dalam langkah yang berat,tanpa kaki,tanpa penopang,tanpa cahaya penerangan dalam gelap,tanpa siapa-siapa ini aku memilih bangkit. Karena sisa motivasi yang kau beri dulu masih ada dalam kepalaku,dalam hatiku,dalam nafas dan ruhku. Hingga setiap detiknya aku mengingatmu. Dan kembali bangkit. Dan terus bangkit. Dan mencobanya sendiri,berkali-kali,berhari-hari,berwaktu-waktu,namun aku memang lemah dan aku selalu gagal. Sudah terlalu banyak kenangan yang akan semakin menyesakkan hatimu ketika mengingatnya. Kau mungkin selalu ingin melupakan semua itu,agar kau bisa berjalan dalam jalan yang terbaik,tenang tanpaku. Tapi aku hanya bisa mengganggu…merecokimu dan menambah beban itu. Aku berlutut,memohon,berharap padamu seperti berada dalam sesat dan hanya kau yang bisa membantuku setiap waktu…hingga kau pendam perih dan ingin berlari ketika kau bertemu denganku. Sungguh, meski kujelaskan beribu kali bahwa aku tak ingin meyakitimu,tak ingin merepotkanmu,tak ingin mengganggumu,tak ingin membebanimu. Tapi semua yang kulakukan hanya membawaku pada ketidak inginanku itu. Semua yang kulakukan itu adalah luka. Semuanya,pengorbananku itu bukan apa-apa itu hanya sebuah alasan agar luka olehku semakin memberatkanmu. Segalanya,apa yang kuusahakan. Semuannya. Bahkan tangisanku,darahku,jiwaku,hatiku,rasaku. . . itu hanya barisan luka lagi-dan lagi. Kenapa dengan aku ini. Kenapa masih selalu berjuang lagi dan lagi. Kenapa aku ini masih mencari setiap saat. Masih menunggu berwaktu-waktu. Masih mengiba pada suatu rasa yang disebut mereka cinta. Padahal aku tau pasti itu bukan jaminannya. Kenapa aku ini rela membuatmu terluka hanya karena ingin menunjukkan cintaku. Kenapa tidak aku berhenti saja,kenapa tidak menyerah saja.kenapa tidak pergi saja,hilang saja. Seperti katamu,seperti kata orang-orang.jika ada maaf untuk dosa sebesar ini…kumohon ampuni aku… ampuni perilakuku yang membuatmu dan banyak orang berpikir bahwa aku memang sudah gila. Harus bertanya kepada siapa aku harus apa…
Doakan sedikit saja, agar nantinya aku segera di ambil dari dunia jika sudah tak berguna seperti ini. Karena luka dariku terlalu banyak untuk sekedar membalasnya dengan kepergianku. Biar aku yang setia. Karena aku yang membuat luka. Biar.
Karena tidak ada yang tau badai yang kurasa ini. Tidak ada. Bahkan jika Allah memberi jalan semoga tidak lagi menjatuhkanku. Karena semua ini salahku. Karena badai ini badai yang kubuat. Maka cukup teruskanlah hidupmu. . . semoga kau bahagia dengan hidupmu . . .